Jumat, 09 Oktober 2020

Sejarah Bulu Tangkis

Sejarah Bulu Tangkis


Sejarah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bulu tangkis adalah cabang olahraga yang berupa permainan yang dimainkan dengan memakai raket dan kok yang dipukul melampaui jaring yang direntangkan di tengah lapangan.

Dikutip situs Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), permainan bulu tangkis sudah dilakukan anak-anak dan orang dewasa lebih dari 2.000 tahun lalu di India, Jepang, Thailand, Yunani, dan China. Di China, permainan yang disebut Jianzi yang melibatkan penggunaan kok tanpa raket tapi dengan kaki. Obyek permainan tersebut agar kok tidak menyentuh tanah. Pada abad pertengahan di Inggris ditemukan ukiran kayu yang membuat gambar anak-anak sedang menendang-nendang shuttlecock. Di Inggris, permainan tersebut sudah sering dimainkan. Orang-orang mengenal badminton dari sebuah rumah atau istana di kawasan Gloucester-Shire sekitar 200 kilometer sebelah barat London. Badminton House, nama istana tersebut dan menjadi saksi sejarah bagaimana olahraga tersebut mulai dikembangkan menuju bentuknya sekarang. Di bangunan tersebut, sang pemiliki Duke of Beaufort dan keluarga pada abad ke-17 menjadi aktivis olahraga tersebut. Duke of Beaufort bukanlah penemu permainan tersebut.

 

Badminton hanya menjadi nama karena dari situlah mulai dikenal di kalangan atas dan menyebar. Pada 1840-an dan 1850-an, keluarga Duke of Beaufort ke-7 paling sering menjadi penyelenggara permainan badminton. Lama-lama mereka bosan permainan yang itu-itu saja. Kemudian merentangkan tali di antara pintu dan perapian, bermain dengan menyeberangkan kok melewati tali itu. Itulah awal net. Pada akhir 1850-an mulailah dikenal jenis permainan baru. Olah raga ini mendapatkan namanya yang sekarang pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt, seorang penyalur mainan Inggris, berjudul "Badminton Battledore a new game" ("Battledore bulu tangkis, sebuah permainan baru"). Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), permaianan bulu tangkis dilakukan di lapangan atau rumput yang dimainkan dengan raket dan kok. Kejuaraan pertama Permainan bulu tangkis diciptakan oleh tentara Inggris di Pune, India pada abad ke-19. Di mana dengan menambahkan jaring dan memainkan secara bergantian. Kejuaraan bulu tangkis tidak resmi seluruh Inggris untuk pria diadakan pada 1899. Kejuaraan bulu tangkis untuk wanita diadakan pada 1820.

Peraturan pertama bulu tangkis dilakukan pada 1877 oleh klub Badminton Batha, Inggris. Asosiasi atau federasi bulu tangkis Inggris dibentuk pada 1893. Federasi Bulu Tangkis Internasional yang merupakan badan olahraga dunia dibentuk pada 1934. Bulu tangkis menjadi sebuah olah raga populer di dunia, terutama di wilayah Asia Timur dan AsiaTenggara, yang saat ini mendominasi olah raga ini. Di negara-negara Skandinavia bulu tangkis juga mendominasi. Sejarah bulu tangkis di Indonesia Dalam buku Bulu Tangkis Dasar (2017) karya Dhedhy Yuliawan, Bulu tangkis datang ke Indonesia bermula pada daerah jajahan Inggris di Malaysia dan Singapura. Masuk di Indonesia di wilayah Sumatera pada 1930. Ada juga yang langsung dibawa ke Jakarta. Pada 1933, perkumpulan bulu tangkis sudah ada di Jakarta yang populer, yakni "Bataviase Badminton Bond" dan "Bataviase Badminton League". Awalnya mereka berdiri sendiri-sendiri kemudian bergabung menjadi Bataviase Badminton Unie (BBU).

Pada 1934, terdapat kejuaraan-kejuaraan di Jawa Barat dan disekitar Pulau Jawa. Masa pendudukan Jepang pada 1942, bulu tangkis berkembang secara pesar karena suasana anti barat yang diciptakan Jepang. Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dibentuk pada 5 Mei 1951 di Bandung. Pada pertemuan tersebut tercatat sebagai kongres pertama PBSI. Dengan adanya kepengurusan tingkat pusat maka kepengurusan di tingkat daerah/propinsi menjadi cabang yang berubah menjadi Pengda (Pengurus Dareah). Sedangkan Pengcab (Pengurus Cabang) adalah nama yang diberikan kepada kepengurusan ditingkat kotamadya/kabupaten. Hingga akhir bulan Agustus 1977 ada 26 Pengda di seluruh Indonesia (kecuali Propinsi Timor-Timur) dan sebanyak 224 Pengcab. Jumlah perkumpulan yang menjadi anggota PBSI diperkirakan 2.000 perkumpulan.